Minggu, 07 Januari 2018

rangkuman jurnal

Abstrak

Adanya keinginan untuk meningkatkan hasil proses pemesinan. Berdasarkan uji penelitian, terlihat tingkat kekasaran relatif tinggi dan kebulatan yang kurang baik. Terdapat beberapa cara yang dilakukan untuk mengatasi hal ini, baik dengan mengencangkan pengikat benda kerja dengan baik, menambahkan kapasitas peredam mesin, mengencangkan baut pengikat pada mesin, dan dapat pula dengan menyeimbangkan putaran benda kerja sebelum dilakukan pemotongan. Mesin bubut konvensional bekerja bekerja secara manual tanpa perangkat digital atau  komputerisasi pada mesin tersebut. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan percobaan pada mesin bubut konvensional dan melihat sejauh mana hasil proses pemesinan yang dapat dicapai. Proses pemotongan dilakukan dengan pahat bubut HSS dengan benda kerja alumunium IADS 1060. Dari hasil percobaan yang dilakukan menunjukkan adanya kekasaran permukaan dan deviasi kesilindrisan relatif tinggi.


KATA PENGANTAR

            Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis telah diberikan nikmat sehat wal’afiat untuk dapat menyelesaikan tugas untuk membuat Jurnal PEMBUBUTAN yang merupakan tugas dari praktik Proses Manufaktur.
           
            Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Terutama kepada pihak teman-teman satu kelompok yang telah bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan Jurnal PEMBUBUTAN, serta penulis ucapkan terima kasih kepada para assisten laboratorium Proses Manufaktur yang telah memberikan bimbingannya.
           

            Akhir kata penulis mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan dalam penulisan Jurnal ini. Karena tidak ada karya manusia yang sempurna. Begitu pula dengan Jurnal PEMBUBUTAN ini. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

PEMBUBUTAN 

Operasi Pada Bubut

Operasi pada mesin bubut ada beraneka ragam antara lain :

•Pembubutan
•Pengeboran
•Pengerjaan tepi
•Penguliran
•Pembubutan tirus
•Penggurdian
•Meluaskan lubang
a.Pembubutan Silindris
A. Pahat mata tunggal dalam operasi pembubutan
B.Memotong tepi.
b.Pengerjaan Tepi (Facing)
Pengerjaan tepi adalah apabila permukaan harus dipotong pada pembubut. Benda kerja biasanya dipegang pada plat muka atau dalam pencekam seperti gambar 2B. Tetapi bisa juga pengerjaan tepi dilakukan dengan benda kerja diantara kedua pusatnya. Karena pemotongan tegak lurus terhadap sumbu putaran maka kereta luncur harus dikunci pada bangku pembubut untuk mencegah gerakan aksial.
c.Pembubutan Tirus
Terdapat beberapa standar ketirusan1 dalam praktek komersial. Penggolongan berikut yang umum digunakan :
1.Tirus Morse, banyak digunakan untuk tangkai gurdi, leher, dan pusat pembubut.  Ketirusannya adalah 0,0502 mm/mm (5,02%).
2.Tirus Brown dan Sharp, terutama digunakan dalam memfris spindel mesin : 0,0417 mm/mm (4,166%).
3.Tirus Jarno dan Reed, digunakan oleh beberapa pabrik pembubut dan perlengkapan penggurdi kecil. Semua sistem mempunyai ketirusan 0.05 mm/mm (5,000%),tetapi diameternya berbeda.
4.Pena tirus.
Digunakan sebagai pengunci. Ketirusannya 0,0208 mm/mm (2,083%).

d.Memotong Ulir
Biasanya pembuatan ulir dengan mesin bubut dilakukan apabila hanya sedikit ulir yang harus dibuat atau dibuat bentuk khusus. Bentuk ulir didapatkan dengan menggerinda pahat menjadi bentuk yang sesuai dengan menggunakan gage atau plat pola. Gambar 7. memperlihatkan sebuah pahat untuk memotong ulir -V 60 derjat dan gage yang digunakan untuk memeriksa sudut pahat.


Gage ini disebut gage senter sebab juga bisa digunakan sebagai gage penyenter mesin bubut. Pemotong berbentuk khusus bisa juga digunakan untuk memotong ulir.

Mesin Bubut

1.     Pengertian Mesin Bubut
Mesin bubut merupakan salah satu jenis mesin perkakas. Prinsip kerja pada proses turning atau lebih dikenal dengan proses bubut adalah proses penghilangan bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk tertentu. Di sini benda kerja akan diputar/rotasi dengan kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding).


2. Komponen Utama Mesin Bubut
Mesin bubut pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen utama antara lain: meja mesin, a headstock, a tailstock, a compound slide, across slide, a toolpost, dan leadscrew dan lain-lain. Pada gambar 2.2 berikut ini diperlihatkan nama-nama bagian atau komponen yang umum dari mesin bubut:

Tailstock untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian ujung yang berseberangan dengan Chuck (pencekam) pada proses pemesinan di mesin bubut.


Lead crew adalah poros panjang berulir yang terletak agak dibawah dan sejajar dengan bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor tetap. Dihubungkan dengan roda gigi pada kepala tetap dan putarannya bisa dibalik. Dipasang ke pembawa (carriage) dan digunakan sebagai ulir pengarah untuk membuat ulir saja dan bisa dilepas kalau tidak dipakai.

Feedrod terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari kotak pengubah cepat (quick change box) untuk menggerakkan mekanisme apron dalam arah melintang atau memanjang.
Carriage terdiri dari tempat eretan, dudukan pahat dan apron. Konstruksinya kuat karena harus menyangga dan mengarahkan pahat pemotong. Dilengkapi dengan dua cross slide untuk mengarahkan pahat dalam arah melintang. Spindle yang atas mengendalikan gerakan dudukan pahat dan spindle atas untuk menggerakkan pembawa sepanjang landasan.

Toolpost digunakan sebagai tempat dudukan pahat bubut, dengan menggunakan pemegang pahat.
Headstock , yaitu tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut yang mengatur putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan.

3. Dimensi dan Jenis-Jenis Mesin Bubut
Dimensi atau ukuran mesin bubut biasanya dinyatakan dalam diameter benda kerja yang dapat dikerjakan pada mesin tersebut. misalnya sebuah mesin bubut ukuran 400 mm mempunyai arti mesin bisa mengerjakan benda kerja sampai diameter 400 mm. Ukuran kedua yang diperlukan dari sebuah mesin bubut adalah panjang benda kerja. Beberapa pabrik menyatakan dalam panjang maksimum benda kerja diantara kedua pusat mesin bubut, sedangkan sebagian pabrik lain menyatakan dalam panjang bangku.
5
Ada beberapa variasi dalam jenis mesin bubut dan variasi dalam desainnya tersebut tergantung cara pengoparasiannya dan jenis produksi atau jenis benda kerja.
Dilihat cara pengoperasian mesin bubut dibagi menjadi dua jenis yaitu mesin bubut manual dan mesin bubut otomatis. Mesin bubut manual adalah mesin bubut yang proses pengoperasiannya secara manual dilakukan oleh manusia secara langsung, sedangkan mesin bubut atomatis adalah mesin bubut yang perkakasnya secara otomatis memotong benda kerja dan mundur setelah proses diselesaikan, dimana semua pegerakan sudah diatur atau diprogram secara otomatis dengan mengunakan komputer. Mesin bubut yang otomatis sepenuhnya dilengkapi dengan tool magazine sehingga sejumlah alat potong dapat diletakan dimesin secara berurutan dengan hanya sedikit pengawasan dari operator. Mesin bubut otomatis ini lebih dikenal dengan sebutan CNC (Computer Numerical Control) Lathe Machine ( mesin bubut dengan sistem komputer kontrol numerik), seperti pada gambar berikut:
Jenis Mesin Bubut;
a. Mesin bubut manual, b. Mesin bubut CNC

ABSTRAK
 Paving block adalah salah satu bagian dari bahan bangunan yang banyak digunakan sebagai bahan perkerasan baik untuk jalan, trotoar maupun lahan parkir. Namu dipasaran mutu paving blok yang ada sangat rendah, sehingga cepat retak dan patah. Hal ini dikarenakan berbagai faktor antara lain komposisi campuran bahan dan proses pembuatan yang kurang tepat. Untuk mengatasi hal tersebut agar menghasilkan paving blok bermutu sesuai standar SNI 03 0691 1996 maka diperlukan mesin pembuat paving blok dengan proses pengepresan menggunakan sistem hidroulik. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan desain dan alat pembuat paving block yang dapat digunakan membuat paving blok memenuhi syarat standar SNI 03 0691 1996 untuk perkerasan lahan parkir dengan tekanan pengepresan maksimal. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental untuk menganalisa kekuatan cetakan paving block, menghitung gaya saat penekanan pada cetakan, menghitung tegangan lentur yang diizinkan serta yang terjadi dan melakukan pengujian kuat tekan paving block yang dilakukan dilaboratorium kampus 2 fakultas teknik universitas muhammadiyah metro. Adapun hasil penelitian pada cetakan paving block dan pengujian kuat tekan paving yaitu dari hasil analisa kekuatan cetakan terhadap pengaruh tekanan di dapat gaya pada variasi 2 cetakan sebesar 58663,8 N, variasi 3 cetakan 81619,2 N, dan variasi 4 cetakan 113501,7 N. Untuk tegangan lentur yang diizinkan di dapat nilai sebesar 30247500N/m2. Untuk tegangan lentur yang terjadi didapat untuk variasi 2 cetakan sebesar 1629550 N/m2 untuk panjang plat, sedangkan untuk lebar sebesar 2444325 N/m2, untuk variasi 3 cetakan sebesar 2040480 N/m2 untuk panjang plat, sedangkan untuk lebar sebesar 2720640 N/m2, untuk variasi 4 cetakan sebesar 1891695 N/m2 untuk panjang plat, sedangkan untuk lebar sebesar 3783390 N/m2. Dari hasil pengujian kuat tekan paving block didapatkan nilai rata-rata perbandingan untuk setiap variasi cetakan didapat 8,375 MPa untuk variasi 2 cetakan, 7,525 MPa untuk variasi 3 cetakan dan 5,1041667 MPa untuk variasi 4 cetakan. Bila melihat hasil rata-rata pada grafik diatas sesuai SNI nilai yang didapat utuk paving block pada variasi 2 cetakan termasuk dalam mutu untuk taman.
 Kata Kunci : Analisa Cetakan, Paving Block, Kuat Tekan, Standar SNI.
I.                   PENDAHULUAN
            Paving block adalah salah satu bagian dari bahan bangunan yang banyak digunakan sebagai bahan perkerasan baik untuk jalan, trotoar maupun lahan parkir. Perkerasan kaku paving blok ini dengan menggunakan campuran beton bertulang atau mengunakan balok beton terkunci. Beberapa kenyataan yang ada dipasaran, mutu paving blok yang ada cepat retak dan patah karena paving blok bersifat getas. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh mutu bahan yang tidak memenuhi syarat, komposisi bahan yang tidak memenuhi standart, gerusan air hujan, beban-beban kejut akibat lintasan roda
kendaraan.
            Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dibuat sebuah mesin produksi paving block yang bisa menghasilkan paving dengan standart yang sama dalam hal proses penekanannya. Untuk memperkecil biaya produksi, rancangan mesin press tersebut tidak harus menggunakan bahan-bahan terbaik, tetapi lebih dititik tekankan pada hasil penekanan (pengepresan) yang bisa menghasilkan paving block dengan mutu yang bisa memenuhi standart SNI 03 0691 1996.  Dari penjelelasan diatas maka penulis bermaksud untuk menganalisa sistem pengepresan dengan menggunakan sistem hidroulik pada alat pembuat paving blok yang nantinya dapat digunakan sebagai perkerasan lahan parkir.
  PEMBAHASAN
Gaya yang didapat pada cetakan paving block untuk variasi 2 cetakan sebesar 58663,8 N, variasi 3 cetakan 81619,2 N, dan variasi 4 cetakan 113501,7 N. Sehingga pada saat penekanan terjadi lenturan yang diakibatkan dari gaya penekanan pada saat pembuatan paving block. Adapun tegangan lentur yang terjadi pada saat penekanan didapat untuk variasi 2 cetakan sebesar 1629550 N/m2 untuk panjang plat sedangkan untuk lebar sebesar 2444325 N/m2, untuk variasi 3 cetakan sebesar 2040480 N/m2 untuk panjang plat sedangkan untuk lebar sebesar 2720640 N/m2, untuk variasi 4 cetakan sebesar 1891695 N/m2 untuk panjang plat sedangkan untuk lebar sebesar 3783390 N/m2. Untuk kekuatan uji tekan didapat untuk variasi 2 cetakan didapat nilai rata-rata pengujian 1 sebesar 8,375 MPa, pengujian 2 sebesar 8,625 MPa, dan pengujian 3 sebesar 8,125 MPa. Untuk variasi 3 cetakan didapat nilai rata-rata pengujian 1 sebesar 7,75 Mpa.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan didapat kesimpulan sebagai berikut :
1.    Dari hasil analisa sistem hidrolik pada pembuatan atau pengepresan paving block di dapat nilai 15 kg/cm2 dengan gaya penekana yang terjadi pada hidrolik sebesar 11551,275 N dan gaya penekanan saat pembuatan atau pengeresan paving block sebesar 29430 N serta 13 kg/cm2 dengan gaya penekana yang terjadi pada hidrolik sebesar 10011,105 N dan gaya penekanan saat pembuatan atau pengeresan paving block sebesar 25506 N dan dalam nilai rata-rata tekanan
2.    Dengan hasil pengujian kuat tekan pada paving block di dapat nilai rata-rata 8,3125 Mpa, karena hanya didapat nilai tersebut maka dikuat tekan paving block ini tidak termasuk kesemua mutu SNI dan kuat tekan tercapai minimal.
MESIN BOR

                                                 Mesin Bor Tekan dan Mata Bor
1. Macam – macam Mesin Bor
Bor diguakan untuk membuat lubang dengan jalan memutar sekaligus menekan masuk kedalam benda kerja.
Macam – macam mesin bor diantaranya :
Bor bangku / meja
Bor Kolom
Bor Radial
Bor Dada
Bor Pistol
2. Fungsi dan bagian bor
a. Mesin bor bangku / meja
Mesin bor dipasang diatas meja mempunyai penyangga pendek atau penekanan bor dengan tuas dan juga dengan tangan cocok pekerjaan yang tidak tinggi dengan lubang terkecil hingga 13 mm.
b. Mesin bor kolom
Mesin ini mempunyai sebuah kolom silindris mesin ini dipasang tetap diatas lantai untuk pekerjaan yang lebih besar dari pada kemampuan bor meja.
c. Mesin bor radial
Mesin ini mempunyai kolom yang lebih besar dari pada bor kolom, ditempatkan disuatu lengan dengan suatu eretan bor, lengan menampang eretan bor ini dapat diputar radial, sedangkan eretan ban dapat digeser sepanjnag lengan.
d. Mesin bor dada / berpistol
Suatu jenis yang mudah dibawa – bawa (portable) mesin bor pistol yang mata bor dipasang pada ujungnya.
Untuk memutar bor dan bor pistol diperlukan tenaga listrik, pada mesin bor dada permutaran bor dilakukan dengan memutar tuas, pemutar tuas, pemutar menggunakan tangan secara prinsip suatu mesin bor mempunyai bagian – bagian yaitu :
Penjepit bor
Sumbu pemutar chuck maupun penggerak / pemutar
Baik elektrik maupun manual (dengan tangan)
3. Macam – macam mata bor
Mata bor dibagi dalam beberapa macam seperti :
Berpilin / spiral bor senter, bor pembenam (Counter drill)
Bor persing (counter sink) dan bor peluas (reamer)